Senyummu menyelimuti,
Namun hatiku tahu,
Kau sembunyikan luka,
Di balik raut wajahmu.
Kata-katamu indah,
Tapi perbuatanmu,
Berbeda jauh,
Menyakitkan hatiku.
Aku bukan keset,
Yang kau injak-injak,
Aku punya harga diri,
Yang tak bisa kau rendahkan.
Aku tertawa melihat,
Kesenjangan di antara kita,
Namun aku juga tertawa,
Menyaksikan diriku sendiri.
Dimafaatkan mungkin lebih baik,
Daripada dilupakan,
Namun aku ingin dihargai,
Bukan hanya dimanfaatkan.
Ejekanmu kujadikan,
Doa untuk memotivasi,
Aku tak kan menyerah,
Aku akan terus maju.
Aku menyuap jika tertarik,
Bukan karena terpaksa,
Aku punya prinsip,
Yang tak bisa dibeli.
Maafku tak berarti,
Jika kesalahan terus berulang,
Aku ingin berubah,
Menjadi lebih baik.
Kehadiranku tak berarti,
Hanya saat kau butuh,
Aku ingin dihargai,
Bukan hanya dimanfaatkan.
Tuhan memberi satu wajah,
Kau malah membuat dua,
Bersikaplah jujur,
Jangan bermuka dua.
Aku butuh kacamata,
Melihat dunia dengan jelas,
Orang-orang bermuka dua,
Menyakitkan hatiku.
Bukan masalah benar atau salah,
Tapi sikapmu yang arogan,
Rendah hatilah,
Jangan merasa paling benar.
Kau kuanggap saudara,
Namun tingkahmu berubah,
Apa yang terjadi,
Sampai kau anggap aku hewan?
Karya Ipouw,