Jayapura-(AnggrekPapuaNews)-Volunter Greenpeace base Jayapura menggelar diskusi pengantar gender dan ecofeminisme, di pondok hijau damai perumnas 1 waena kota Jayapura Papua pada jumat (28/6/2024).
Sekar Surowijoyo, Juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia yang tampil sebagai pemateri mengatakan, kesetaraan gender sangatlan penting, perempuan sebenanya memiliki pengetahuan yang luas, maka penting untuk memberikan ruang untuk perempuan agar memberikan pendapatnya.
“Suara perempuan itu penting, perempuan sebenarnya memiliki banyak pengetahuan perempuan harus diberikan ruang agar apa yang mereka tahu, apa yang menjadi pendapat mereka bisa sampaikan,”katanya.
lebih lanjutnya, Juru kampanye hutan Greenpiace Indonesia mengatakan, perempuan berjuang atas tanah dan hutan adatnya maka akan ada keunikan. serta kekuatan sendiri.
“Perempuan berhak memberikan pendapat untuk berbicara mengenai hak-hak Tanah dan Hutan yang ada di Papua, setiap komunitas adat di Papua membukakan perempuan dengan strategi advokasi dengan bagi menjadi kelompok atau gerakan sendiri untuk menjaga melindungi dari suara perempuan Papua,” Kata Juru kampanye Greenpiace hutan.
Lebih lanjutnya, Juru kampanye hutan Greenpiace Indonesia mengatakan perempuan bisa saja menjadi apapuan dalam peran menggantikan laki-laki, itu juga tergantung situasi, budaya, waktu dan tempat.
“Melihat dari kesetaraan gendar perempuan bisa saja mengambil peran laki-laki, namun kembali melihat budaya, tempat dan waktu, di beberapa daerah perempaun bisa menjadi pimpinan tapi beberapa daerah perempuan tidak bisa jadi pimpinan,” katanya.
Koordinator Umum Volunter Greenpeace base Jayapura, Maestro, mengatakan dirinnya senang bisa partisipasi dalam diskusi ini, namun ia juga kecewa dengan minimnya pastisipasi perempuan dalam diskusi diskusi.
“Saya senang dengan partisipasi laki laki Papua untuk mau belajar terkait Isu gender dan ekofeminisme, karena papua memiliki budaya patriarki yang sangat kental, sehingga isu ini perlu kita pelajari sebagai bahan pertimbangan kita generasi penerus Marga, dan Suku. Namun saya cukup kecewa dengan minimnya partisipasi perempuan di diskusi kemarin, Karena isu ini sedang membahas mereka agar dapat keluar dari berbagai sisi penindasan, entah dari oligarki maupun dari patriarki itu sendiri,” Katanya.
Penulis Hidani Enggalim