cerpen oleh Merry magai
Langit jayapura muram hari ini. Gunung Ciklop tak terlihat. Hilang di balik kabut tebal. Rintikan hujan terus menghantam kota jayapura sejak semalam. Membuat beberapa kali seperti kalmorker kali acai dan selokan meluap akibanya beberapa rumah terendam dan sampah juga berserakan di sepanjang jalan raya.
Rintikan hujan yang jatuh dan dinginnya angin. Bantal polo dan selimut berbunga ini membuat Tina malas meninggalkan kamarnya. Deringan jam yang ia atur di hanponenya sudah bunyi sejak tadi, tetapi dingin yang merasuk hingga rongga tulang membuatnya memilih tetap di kasur miliknya.
“dringnnn dringnnggg drinnnngggg” bergetar lagi hp Tina dari meja kecil yang dilengkapi juga dengan cermin dan laci satu pintu. Diatasnya ia hiasi dengan bunga hias juga ada alat doa. Ada patung Tuhan Yesus. Salib juga ada buku doa di sebelah kanan. Sedang di kiri. Ada mekup, bedak juga ada lipstick di sampinggnya hp yang ia letakan.
“ jam berapa ini hp bunyi?” ketusnya, seraya menggengam hpnya untuk memastikan jam. Kali ini rasa malas menguasai tina tetapi tina beranikan diri untuk meninggalkan rayuan kasur bantal polo juga selimutnya. Karena ia harus membereskan kamarnya dan mengikuti doa rutinitas pagi bersama teman temannya di aula asrama.
Tina adalah mahasiswi fakultas kesehatan masyarakat di salah satu kampus negri di jayapura. Hitam juga manis. Bola mata hitamnnya jelas menggambarkan kepribadiannya yang kompetitif, bertanggung jawab pada tugas yang di berikan. Sperti halnya rasa cinta yang hadir dalam benaknya terus ada untuk lelaki idamannya sayangnya tina tak punya sempat untuk ungkapkan cintanya.
Hujan sudah redah hanya langit masih tertutup awan. Hujan kali ini seperti ia membawa kebahagian bagi semesta tetapi bati Tina hujan membawa rinndu. Usai mengikuti doa rutinitas asrama. Mereka melanjutkan dengan membersikan sampah yang berserakan di halaman juga depan pagar asrama akibat guyuran hujan semalam hingga pagi ini, mereka harus bersikan, jika tidak apa kata tetangga juga orang yang lewati jalan ini. pasti banyak omel. Usai mengumpulkan sampah mereka juga tak lupa membaungnya di tempat sampah. Kemudian kembali ke aktifitas masing-masing: ada yang ke kampus ada yang masuk kamar.
Tina setelah membersikan dirinya ia duduk di kursi depan maja belajarnya, Tina menatap lama wajahnya di cermin yang Tina pasang. Kemudian ia tertawa. Entah apa yang ia pikir? Lelaki itu datang lagi dalam angannya “ Jhon berdosaka jika aku membayangkan kau jadi kekasihku?” gumam tina dalam batinnya. Di selah itu lagu “rasah ini membuhuhku” bergema di telingnya. Jantungnya berdebar. Sontak tina mencari sumber suara itu. Lagu itu lagu favoritnya. Rupanya dari tetangga sebelah. Pikiran tina kembali melayang terhanyut jauh kedalam relung hatinya.
Jhon tentu saja jhon labuhan terakhir anggannya. Jhon layaknya raja dalam sanubari tina. Entah mengapa lelaki itu sangat tina cinta, jhon seperti detak jantung tina. Senyumannya rambut gimbalnnya terpotret rapi dalam ingatannya.
“ jhon, aku mencintaimu. Aku sudah menjadikan mu raja dalam lubuk hatiku.” Gumannya dalam hati. Kemudian tina tersyum tipis
Setiap untian lagu ini Tina resapi setiap untaina kata dan dentunan melodinya mampu melukiskan di kanfas hatinya tentang sosok jon yang tina puja. Meskipun tak tentu tina bisa memiliki jhon menjadi kekasinya, tetapi Tina terlanjut mencintainya. Rasa cinta yang ada hanya untuk jhon.
“hei, tina kamu sedang melamun apa?” ucar lena. Teman kamarnya sembari memukul pundak Tina.
“ ahh ko bikin kaget saja, lena” balasnya, sembari kaget tersadar dari lamunannya.
“ ko melamun siapa, siapa yang bikin temanku ini sampe senyum senyum sendri?” Tanya lena sembali duduk di sampingnya.
“ kamu tahu to, lelaki idamanku yang sering aku cerita. aku ingin ungkapkan rasaku. Tertapi aku takut dia menolakku. masa perempuan yang lebi dulu uangkapkan perasaan itu tidak mungkin toh lena?” ucap tina. Sembari ia bangkit dari tempat duduknya dan membaringkan tubunya di tempat tidurnya.
“ tapi, jika kamu cinta dia, maka ungkapkan saja. Tidak dosa juga jika wanita lebih dulu ungkapkan cinta kepada lelaki yang kita cinta. Kamu akan bersukur jika jhon terima dan jika jhon tidak terima pun kamu akan rasa tenang karna kamu utarakan rasa cinta dan jhon mengetahuinya.” Ucap lena, sembari tina juga ikut membaringkan tubuhnya di samping tina.
“ kamu tahu lena, lelaki ini membuatku gila. Aku tidak bisa mencintai lelaki lainnya sejak aku bertemu dengannya. Saat pertama bertemu jhon aku yakin bahwa jhon di ciptakan untuk aku. Tapi aku tak bisa, aku tak bisa ungkapkan cintaku padanya.” Ucap tina. Kemudian tina bangkit dari tempat tidurnya berdiri menatap langit yang mulai cerah dari bakik jendela kamar.
Rasa ini membuat Tina seolah terpenjara rasa cinta. Semakin tina memikirkannya semakin tina mendekam dalam hatinya. Kali ini tina benar – benar putus asa, gunda. tina tak punya pilihan lain, rasa ini terus menyiksanya. Tina harus mengumpulkan keberaniaan Untuk mengungkapkan cintanya kepada jhon.
Lelaki berambut gimbal, telah mencuri hati Tina sejak pandangan pertama di putaran taksi p3 waena. Saat itu seolah hatinya telah di curi tanpa sepengetahuan Tina. Tina tak menyangkah dia akan mencintai laki laki hidung mancung itu sebegitu dalamnya. Tina ingat betul awal mereka bertatapan tina salah tingkah hampir menabrak meja jualan pinang di depannya.
“ Tina, jangan lama kau pendam rasa. Lekas kau nyatakan cintamu kepada Jon. Kamu akan menyesali nantinya, jika ada wanita lain memiliki jhon. Coba kau utaran rasamu kepada Jhon. Apa lagi besok ada lapak baca di halaman aula ustj. Jhon kan kordinator lapak baca jadi Pasti jhon akan datang disana coba kau utarakan cintamu,” ucap lena memberi solusi, sembari bangkit dari tempat duduknya.
“ baik akan aku utarakan disana, tapi kamu temani aku.” Tutur Tina.
Setiap kali Tina menatap senja, senyuman Jhon di antara kumis tipisnya selalu mekar dalam angannya. Semakin membuat tina tersiksa. Rasa cintanya begitu besar. Tina harus uangkapkan rasa cintanya jika tidak dia akan tersiksa seumur hidup. Segalanya tentang jhon, tina tahu betul. Tinggal jhoni harus menjadi kekasinya.
Mentari sudah condong ke barat. Langit jingga merona gunung ciklop menjulang nan indah. Lambaian ilalang sentani seperti dewi kayangan menari. Indah mempesona memanjakan setiap mata yang memandang.
“ lena aku lapar. Aku ke depan cari makan dulu. Tunggu disini aku akan belikan nanti.” Ucar Tina sembari menggenakan jaket hitam depannya bertuliskan wes papua dengan corak bendera kebanggaan bangsa papua, yaitu Bintang Kejora.
Tak butuh waktu lama, lima menit dari asrama ke depan jalan. Tina sampai tepat di perempatan p1 kemudian melangkah menuju atm untuk menarik uang. Tetapi langkahnya terhenti tatapnya menatap arah sebrang jalan depan toko bangunan. Tina memperhatikan dengan seksama. Mengamati postur tubuhnya. Sesungguhnya hatinya berdebar seraya mengenalinya. Lelaki mengenakan jaket putih bertopi hitam duduk diat motor Jupiter hitam.
“ apakah ini jon? Aku harus bagaimana?” gumam gunda dalam benaknya.
Hatinya bergetar, langkahnya terhenti. Cara duduk dan rambut gimbalnya tentu Tina mengenalinya. Tina gunda semestanya seolah terhenti. Entha tina penyapanya atau berlalu pergi. Jika tina pergi tina akan semakin tersiksa karna tak menyapanya tetapi juga jika tina menyapanya iya malu. “aku harus bagaimana?” gumam tina.
Tina memutuskan untuk nyapa jhon. Rasa malu ia buang sejauh mungkin dari pikirannya. Toh hanya sapa saja. Tepapi lebih menggagetkannya adalah ketika tina ingin menyebrang jalan untuk sapa jhon, tiba tiba seorang gadis tinggi berambut hitam batas leher mendekatinya sontak Tina terhenti. Harapan yang yang ia gantung tinggi tinggi runtuh seketika. Cintanya. Rindunya retak hancur.
“ ahh tuhan engkau tidak adil. Jika Jhon tidak bisa jadi kekasih ku mengapa kau berikan rasa cinta yang begitu dalam” gumannya. Air manatanya jatuh. Kemudian Tina kembali ke asramanya.