Oleh Eskop wisabla
Sorong, Anggrekpapua- Dalam sejarah perjuangan suatu bangsa, perempuan sering kali memainkan peran yang tidak terlihat namun sangat menentukan. Begitu pula dengan perempuan Papua, yang kini menjadi ujung tombak dalam melawan berbagai bentuk penindasan dan merebut hak untuk menentukan nasib sendiri. Keterlibatan perempuan Papua dalam gerakan sosial dan politik tidak hanya penting untuk masa kini, tetapi juga untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi anak cucu mereka.
Perempuan dalam Sejarah Perjuangan
Di berbagai belahan dunia, perempuan telah lama terlibat dalam perjuangan melawan ketidakadilan. Misalnya, di Prancis pada masa Revolusi, perempuan memperjuangkan kesetaraan dengan laki-laki, meskipun menghadapi banyak tantangan. Mereka menuntut penghapusan sistem patriarki dan menjadi bagian dari reformasi sosial dan politik besar. Perjuangan ini menjadi pijakan bagi gerakan feminisme modern.
Namun, di Papua, perempuan menghadapi tantangan yang lebih kompleks, terutama karena penindasan struktural yang dilakukan oleh kekuasaan kolonial. Sejak integrasi Papua ke dalam Indonesia pada tahun 1960-an, perempuan Papua menghadapi berbagai bentuk kekerasan—mulai dari pemerkosaan, pembunuhan, hingga pengungsian massal. Situasi ini diperburuk oleh eksploitasi sumber daya alam Papua, yang menyebabkan hilangnya tanah dan hutan, tempat bergantungnya kehidupan masyarakat adat.
Keterlibatan Perempuan Papua dalam Perjuangan
Perempuan Papua memiliki peran penting dalam membangun kesadaran kolektif masyarakat. Mereka bukan hanya pelengkap dalam perjuangan, tetapi juga pemimpin yang membawa semangat perubahan. Di tengah ancaman eksploitasi dan kekerasan, perempuan Papua menjadi simbol harapan dan perdamaian.
Hutan Papua, yang sering dianggap sebagai “rekening gratis” oleh perempuan Papua, menjadi salah satu titik penting dalam perjuangan ini. Ketika hutan Papua habis oleh proyek seperti Food Estate di Merauke, perempuan Papua kehilangan sumber kehidupan mereka. Kehadiran militer dalam proyek ini menciptakan suasana seperti zona perang, yang menambah penderitaan perempuan Papua.
Selain itu, rencana transmigrasi besar-besaran yang akan dilakukan oleh pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto menimbulkan ketakutan baru. Perempuan Papua khawatir bahwa anak-anak mereka akan kehilangan tanah airnya sendiri, bahkan sebelum mereka dilahirkan.
Perempuan sebagai Pemimpin Revolusi
Sejarah membuktikan bahwa revolusi tidak dapat dimenangkan tanpa keterlibatan perempuan. Perempuan Papua harus bangkit untuk melindungi generasi mendatang dan mempertahankan tanah air mereka. Sebagai simbol perdamaian dan kekuatan, perempuan Papua memiliki potensi besar untuk memimpin perjuangan menuju kemerdekaan dan keadilan sosial.
Pesan yang disampaikan oleh Eskop Wisabla dalam tulisannya sangat jelas: perempuan Papua adalah kunci untuk perubahan. Mereka harus melawan segala bentuk penindasan dan berdiri teguh demi masa depan yang lebih baik. Jika mereka diam, penindasan akan terus berlangsung, menghancurkan generasi demi generasi.
Kesimpulan
Perempuan Papua memiliki peran yang sangat penting dalam perjuangan melawan penindasan dan merebut hak mereka untuk menentukan nasib sendiri. Melalui kekuatan, keberanian, dan tekad mereka, perempuan Papua dapat menjadi pemimpin revolusi untuk mencapai demokrasi sejati. Mereka bukan hanya pejuang bagi diri mereka sendiri, tetapi juga bagi generasi masa depan dan kelestarian tanah Papua. Perempuan Papua, saatnya bangkit dan melawan!
Penulis Adalah Mahasiswa Papua Eskop Wisabla