25.1 C
Special Region of Papua
Minggu, Juni 1, 2025

Pemuda Papua Tengah: Penjaga Terakhir Warisan Budaya dan Alam

BACA JUGA

Oleh: Melkias Butu (*)

Tanah Papua bukan sekadar wilayah geografis di ujung timur Indonesia. Ia adalah identitas, rumah, dan ibu “Mama” bagi masyarakat adat yang menggantungkan hidupnya pada kebaikan alam. Di mata dunia, Papua mungkin dipandang sebagai “tanah emas” karena kekayaan sumber daya alamnya. Namun, bagi kami, tanah ini adalah sumber kehidupan. Jika tanah hilang, maka lenyap pula kehidupan. Karena itu, warisan tanah dan budaya bukan sekadar simbol, tetapi fondasi eksistensi orang Papua.

Provinsi Papua Tengah, sebagai daerah hasil pemekaran baru sejak disahkannya UU Daerah Otonomi Baru (DOB) pada Juni 2022, kini menghadapi tantangan serius. Di balik janji pembangunan dan kesejahteraan, tersembunyi ancaman eksploitasi alam, pemudaran identitas budaya, serta kekerasan struktural yang menyasar masyarakat adat terutama pemuda.

Pemuda adalah sasaran pertama dan paling rentan dalam situasi ini. Mereka berada di garis depan, baik sebagai korban maupun sebagai garda penyelamat masa depan. Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pemuda Papua Tengah adalah satu-satunya harapan untuk menjaga kesinambungan warisan budaya dan alam yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Sayangnya, realitas hari ini menunjukkan situasi yang mengkhawatirkan. Di tengah tekanan militerisme di sejumlah kabupaten seperti Dogiyai, Deiyai, Paniai, Intan Jaya, dan Mimika, pemuda harus menghadapi pula masalah sosial lainnya termasuk meningkatnya kasus HIV/AIDS. Data menunjukkan bahwa lebih dari 28 ribu kasus HIV/AIDS tercatat di Papua, dan hampir dua ribu orang telah meninggal dunia. Angka ini belum termasuk mereka yang belum terdata karena minimnya kesadaran untuk melakukan pemeriksaan.

Dalam situasi kompleks seperti ini, Pemuda Katolik memiliki peran strategis. Mereka tidak hanya menjadi tulang punggung Gereja, tetapi juga agen perubahan sosial. Iman dan doa menjadi dasar perjuangan, namun tidak cukup hanya berhenti di sana. Pemuda Katolik perlu tampil sebagai pemimpin moral dan sosial, yang memadukan spiritualitas dengan gerakan sosial untuk membela tanah, manusia, dan budaya Papua Tengah.

Membangun kesadaran kolektif adalah hal mendesak. Pemuda harus saling terhubung, berdialog, dan membentuk jejaring yang kuat agar tidak terisolasi dan mudah dipecah. Melalui semangat gotong royong, solidaritas, dan nilai-nilai injili, pemuda dapat menjadi kekuatan yang menjaga keutuhan tanah ini dari kepunahan budaya dan kerusakan alam.

Menjaga Rumah Bersama

Papua Tengah adalah rumah kita tempat kita bertumbuh, belajar, dan membangun masa depan. Sebagai generasi muda yang memiliki masa hidup lebih panjang di atas tanah ini, kita tidak boleh menyerahkan hak hidup kita kepada pihak lain yang tidak memahami nilai dan makna dari tanah yang kita pijak. Masa depan Papua Tengah ditentukan oleh kesadaran dan sikap pemudanya hari ini.

Kini saatnya kita bersuara, bertindak, dan berdiri teguh di garis terdepan untuk mempertahankan warisan yang telah dipercayakan kepada kita. Sebab jika bukan kita, siapa lagi?

Penulis adalah Mahasiswa Katolik asal papua tengah.

 

- Advertisement -spot_img

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

BERITA TERKINI

- Advertisement -spot_img
TRANSLATE ยป