23.5 C
Special Region of Papua
Sabtu, Juni 7, 2025

Pemekaran Wilayah: Mesin Pembabat SDA dan SDM di Mapiha

BACA JUGA

Oleh Makiko David Mote

Pemekaran wilayah di Mapiha telah berubah dari yang seharusnya menjadi instrumen pembangunan, menjadi mesin pembabat yang sangat berbahaya bagi sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) di wilayah ini.

Alih-alih membawa kemajuan dan kesejahteraan, pemekaran justru mempercepat eksploitasi alam secara brutal serta memicu konflik sosial yang merusak tatanan kehidupan masyarakat adat Mapiha. Hutan-hutan dibuka tanpa kendali, tanah adat dirampas atas nama pembangunan, dan masyarakat Mapiha perlahan kehilangan ruang hidup serta identitasnya.

Pemekaran yang tidak berpihak pada rakyat hanya akan menjadi alat kekuasaan dan kepentingan ekonomi elite. Bukan menjadi jalan menuju keadilan sosial, pelestarian lingkungan, atau pemajuan budaya lokal.

Frasa “pemekaran dijadikan mesin babat” adalah metafora yang kuat untuk menggambarkan betapa proses pemekaran yang dijalankan tanpa prinsip keberlanjutan dan keadilan telah merusak ekosistem serta merampas hak-hak dasar masyarakat adat. Proyek-proyek tambang, pembalakan liar, dan perkebunan skala besar sering kali dibuka tanpa perlindungan memadai terhadap lingkungan, tanah keramat, serta keberlangsungan hidup masyarakat lokal.

Jika tidak dilakukan dengan pendekatan partisipatif dan tidak berpihak pada warga asli Mapia Besar, pemekaran hanya akan memperlebar jurang ketimpangan. Orang asli Mapia dapat tersingkir dari proses pembangunan, hak politik dan partisipasi sosial mereka dapat terpinggirkan, dan kualitas pendidikan maupun kesehatan masyarakat bisa terus menurun.

Lebih parah lagi, pemekaran yang elitisโ€”yang hanya digerakkan oleh sekelompok intelektual atau elit politik tanpa melibatkan masyarakat akar rumputakan memunculkan pertanyaan yang tajam: pemekaran ini untuk siapa?

Pemekaran wilayah Mapiha bukan sekadar persoalan administratif. Ia menyangkut persoalan sensitif: budaya, sosial, politik, dan hak hidup masyarakat adat. Jika pemekaran terus dilakukan tanpa keadilan sosial sebagai fondasi dan tanpa mendengar suara rakyat di akar rumput, maka yang terjadi bukanlah pembangunan, melainkan kehancuran perlahan yang berujung pada konflik berkepanjangan.

Penulis adalah Pemuda Peduli Tanah Papua David Makiko Mote asal Mapiha

 

- Advertisement -spot_img

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

BERITA TERKINI

- Advertisement -spot_img
TRANSLATE ยป