22.1 C
Special Region of Papua
Rabu, September 10, 2025

Menyikapi Konflik di Tanah Papua – Sebuah Panggilan untuk Perdamaian

BACA JUGA

Oleh Inggi Kogoya

WAMENA- Anggrekpapua.com- Papua, tanah yang dikenal sebagai Bumi Cenderawasih, dulunya adalah tempat yang damai, penuh dengan kedamaian yang seakan-akan datang langsung dari surga. Namun, kenyataan saat ini sangat berbeda. Di bawah langit Papua, damai seolah menjadi kenangan yang jauh, digantikan oleh kekerasan dan pertumpahan darah. Apa yang terjadi dengan tanah yang dulunya damai dan penuh harapan ini? Apa yang salah dengan masyarakat dan para pemimpinnya?

Sebagai umat Tuhan, kita dilahirkan dengan akal pikiran yang sehat dan jernih. Akal inilah yang seharusnya membimbing kita untuk membedakan antara yang baik dan buruk, yang menguntungkan dan yang merugikan, tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa akal sehat ini seolah terlupakan dalam konflik-konflik yang terjadi di Papua. Kekerasan dan kebencian yang tumbuh subur di tanah ini mengarah pada pertumpahan darah yang semakin tak terkendali, tanpa ada upaya nyata untuk menyelesaikan masalah dengan cara damai.

Damai di Papua sekarang hanya bisa ditemukan dalam bayang-bayang surga, sementara di bumi ini, pertikaian tak pernah berakhir. Konflik-konflik yang terjadi hampir selalu melibatkan perebutan kekuasaan dan kedudukan, yang bukan saja melibatkan elit politik dan masyarakat kelas atas, tetapi juga masyarakat yang tidak mengerti tentang politik Jakarta. Ini adalah ironi yang menyedihkan, di mana mereka yang tak tahu apa-apa tentang konflik politik harus menanggung beban terbesar akibat pertikaian yang tidak pernah mereka inginkan.

Pada dasarnya, kekerasan dan kebencian adalah perasaan sementara. Mereka mungkin akan mereda seiring berjalannya waktu, namun dampak dari perasaan ini bisa sangat besar. Rakyat kecil yang tidak tahu apa-apa tentang politik menjadi korban dari konflik yang tidak mereka buat. Apakah ini yang kita inginkan untuk masa depan Papua? Apakah kita ingin tanah yang seharusnya penuh kedamaian ini terus terjebak dalam pusaran kekerasan yang tidak berkesudahan?

Melihat situasi saat ini, kita harus mempertanyakan apakah cara kita menangani masalah di Papua sudah tepat. Kita sering kali menutup mata dan telinga terhadap penderitaan yang dialami rakyat kecil, sementara para elit yang duduk di Jakarta terus memperburuk keadaan dengan kebijakan yang tidak memahami realitas di lapangan. Jika kita ingin masalah ini selesai, kita harus menyadari satu hal yang sangat mendasar: konflik ini adalah masalah bersama yang membutuhkan penyelesaian yang melibatkan semua pihak, baik pemerintah Indonesia, masyarakat Papua, maupun pihak internasional yang dapat bertindak sebagai mediator.

Jenis-jenis Konflik yang Membelit Papua

1.Konflik Ideologi

Konflik ideologi yang melibatkan dua kubu besar โ€” yang mendukung Papua Merdeka dan yang mempertahankan NKRI โ€” sudah berlangsung lama. Kedua pihak saling bertahan dengan ideologi mereka masing-masing, dan tak satu pun bersedia mundur. Konflik ini bisa selesai jika pemerintah Indonesia bersedia membuka ruang untuk pihak ketiga, seperti organisasi internasional atau gereja-gereja dunia, untuk membantu menyelesaikan masalah dengan cara damai dan penuh martabat.

2. Konflik Suku

Selain konflik ideologi, di Papua juga sering terjadi konflik antarsuku yang disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari masalah pribadi seperti perselingkuhan hingga masalah politik lokal yang tidak sehat. Konflik ini sering kali melibatkan masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam kebijakan pemerintah, namun mereka harus menanggung akibatnya.

3. Konflik Golongan

Konflik golongan juga menjadi masalah besar di Papua. Para elit, baik yang berasal dari suku tertentu atau golongan tertentu, sering kali terlibat dalam perebutan kekuasaan. Rakyat menjadi korban dari perebutan kekuasaan yang seharusnya tidak melibatkan mereka.

4. konflik Sosial Lainnya

Selain ketiga jenis konflik di atas, masih ada konflik sosial lain yang lebih bersifat lokal, seperti masalah antara masyarakat di daerah tertentu atau kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan pandangan dalam kehidupan sosial mereka. Konflik sosial ini sering kali menjadi pemicu ketegangan yang semakin besar.

Kesimpulan: Arah Baru untuk Papua

Sebagai penutup, kita harus menyadari bahwa penyelesaian masalah di Papua tidak hanya bergantung pada pemerintah Indonesia semata. Masyarakat Papua perlu membuka mata dan pikiran mereka, dan menyadari bahwa jalan menuju perdamaian hanya bisa tercapai jika ada kesadaran kolektif dari semua pihak untuk menyelesaikan konflik dengan cara damai. Masalah Papua bukan hanya masalah Indonesia, tapi juga masalah internasional yang membutuhkan solusi bersama.

Untuk itu, penyelesaian konflik Papua harus melibatkan mediator yang tidak berpihak, yang dapat menilai situasi secara objektif tanpa mempertahankan satu pihak pun. Selama kita masih terjebak dalam konflik ideologi, suku, golongan, dan sosial yang saling berkaitan, maka perdamaian di Papua hanya akan menjadi angan-angan belaka.

Wamena, 4 Maret 2025
Oleh: Inggi Kogoya
Jurnalistik Intelektual asal Kabupaten Nduga

- Advertisement -spot_img

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

BERITA TERKINI

- Advertisement -spot_img
TRANSLATE ยป