Timika, Papua Tengah – Kamis, 4 Oktober 2024, sebuah perjalanan spiritual membawa saya menuju peristirahatan terakhir Uskup Jhon Philip Sakril Gaiyaby Pr di Timika. Perjalanan ini bukan sekadar ziarah, melainkan sebuah refleksi atas pesan-pesan yang pernah beliau sampaikan, pesan yang masih relevan hingga kini.
Hal tersebut disampaikan oleh ketua Tim Peduli Alam dan manusia Papua di Kapiraya Musa Boma kepada awak media ini, melalui pesan watssapp pribadinya. Sabtu, 5/10/2024
Musa Boma yang menjabat sebagai ketua tim Peduli alam dan Manusia Papua, โ Kenangan 2016 masih terukir jelas dalam benak. Saat itu, saya berkesempatan bertemu dengan beliau yang masih hidup. Namun, hari ini, saya berdiri di hadapan makamnya, merenungkan perjalanan hidup dan pesan-pesan yang telah beliau tinggalkanโ
Di tengah suasana kikmat pemakaman, Bapak Uskup Jhon Philip, dengan penuh keprihatinan, menyampaikan pesan yang menggugah hati. Beliau mengingatkan tentang ancaman pemusnahan ras Melanesia, khususnya orang Papua. “Pemusnahan ini semakin lancar,” tegasnya, “maka jaga diri baik-baik kepada semua orang Papua dari Sorong sampai Samarai.” Jelasnya
Pesan ini bukan sekadar peringatan, melainkan sebuah ajakan untuk berjuang bersama menjaga kelestarian budaya dan identitas orang Papua. Beliau mengingatkan bahwa ancaman terhadap keberadaan orang Papua bukan hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam.Ujar Boma.
Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya menjaga tanah sebagai sumber kehidupan. “Jangan jual tanah,” pesan beliau, “tapi hiduplah dari hasil olah tanah karena tanah merupakan mama kita.”
Pesan ini mengandung makna mendalam tentang hubungan erat antara manusia dan alam, khususnya tanah. Tanah bukan sekadar sumber ekonomi, tetapi juga simbol kehidupan dan identitas. Kata Boma
Musa Boma yang berkunjung ke makam Uskup Jhon Philip bukan sekadar penghormatan kepada almarhum, melainkan juga sebuah refleksi atas pesan-pesan yang telah beliau wariskan. Pesan-pesan yang relevan dengan kondisi Papua saat ini, di mana ancaman terhadap budaya, identitas, dan kelestarian alam terus mengintai.
Di antara deretan makam para pastor yang lain, makam Uskup Jhon Philip berdiri kokoh, menjadi simbol perjuangan dan pengabdian beliau untuk gereja dan masyarakat Papua. Kepergian beliau meninggalkan duka yang mendalam, namun pesan-pesan yang beliau tinggalkan akan terus menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk menjaga kelestarian budaya, identitas, dan tanah Papua.
Kunjungan ke makam ini adalah bukti nyata bahwa pesan-pesan Uskup Jhon Philip masih hidup dan terus menginspirasi. Beliau telah pergi, tetapi semangat perjuangan dan pengabdiannya akan terus hidup di hati setiap orang Papua.
Semoga Tuhan memberkati dan menyertai kita semua dalam menjaga warisan budaya, identitas, dan tanah Papua, sebagaimana pesan yang telah diwariskan oleh Uskup Jhon Philip Sakril Gaiyaby Pr.
Penulis: Lambertus Magai, yang aktif menulis media lokal Papua (Tabloid Daerah ) serta akfif mengajar di SMP N 1 Piyaiye daerah terpencil di Pedalaman Papua, yang peduli dengan pendidikan di Papua.