Nabire (ANGGREKPAPUA)-– Ketua Tim Peduli Alam dan Manusia Papua di Kapiraya Musa Boma mendesak kepada Pemerintah Papua Tengah, Kabupaten Dogiyai, Deiyai, Timika Pemerintah Provinsi Papua Tengah bersama Lembaga Majelis Rakat Papua Tengah (MRPT) segera datang menyaksikan karena kami mau tanam tapal batas adat jaga antara suku Kamoro dengan suku Mee di desa Wakiya Kapiraya.
“Kami dari Wilayah Mapia bersama Suku Kamoro mulai dari Poronggo hingga sampai pada desa Uwemuka kita sudah putuskan sama-sama untuk mau tanam Senplat batas jaga tanah adat. Hal tersebut disampaikan oleh ketua Tim Peduli Alam dan Manusia Papua di Kapira melalui telepon selulernya kepada awak media ini, (16/10/2024).
Boma berharap agar Ketiga Pemda, Pemprov Papua Tengah Bersama Lembaga MRPT Selesaikan Tapal Batas adat Di Wakiya Kapiraya.
โKami meminta kepada Pemerintah Provinsi Papua Tengah bersama Tiga Kabupaten dan Lembaga Majelis Rakyat Papua Tenga (MRPT) kami sangat mengharapkan untuk datang hadir dan saksikan, Karena kami rakyat Mapia bersama Suku Kamoro dibawah itu, hubungan sudah ada sejak Agama Katolik belum masuk di Mapia tahun 1932” Katanya.
Kata Dia, Sejak awal masuknya agama Katolik di Mapia sejak tahun 1932 Bapak Auki Tekege sebagai Rasul Bagi Orang Mee wilayah Koteka pegunungan Papua datang ambil agama di Poronggo saat itu, sehingga hubungan kami dekat dengan mereka.
“Sejak saat itu hingga pada hari ini hubungan kami rakyat Mapia bersama Teman teman Kamoro tidak ada masalah,” Bebernya.
Akan tetapiย Menurut Musa yang mengundang masalah adalah hadirnya perusahaan Ilegal PT. Zommalion Heavin Industri di Wakiya itu.
“Masyarakat Kamoro bersama masyarakat Mee di wilayah kami tidak ada masalah apapun hanya kami minta kepada Pemerintah dan MRPT bahwa kalian datang saksikan kami mau tanam tapal batas tanah adat kami,” Jelasnya.
Ia minta agar Ketiga Pemda, Pemprov Papua Tengah Bersama Lembaga MRPT Selesaikan Tapal Batas adat Di Wakiya Kapiraya.
‘Setelah kami punya tapal batas adat jaga ini selesai baru Pemerintah mau bicara tapal batas pemerintah silahkan,” kata Boma dengan tegas.
Menurut Musa, Hutan kami ini sumber pendatang dan pasar rakyat adat antara kedua suku ini maka siapapun perusahaan baik emas maupun perusahaan kayu stop ambil secara illegal.
Di tempat yang sama Yohanes Degekoto tokoh pemuda dari kampung Digihoumaida menegaskan bahwa demi memperjuangkan gagalkan perusahaan ilegal emas di Wakiya itu saya punya anggota satu sudah korban atas nama Sebastianus Degei.
“Saya sudah korban baik emas, hutan, tenaga, bahkan nyawa manusia juga sudah korban di atas kekayaan alam saya Maka Pemerintah sementara stop bicara masalah tapal batas Pemerintah tapi mari kita sama sama datang saksikan karena kami mau tanam tapal batas tanah adat jaga antara kedua suku ini,”Ungkapnya.
Menurut dia hutan dan alam adalah Nafas Hidup bagi orang asli papua, ini tidak harus di permaikan.
“Saya sebagai pemuda, saya sudah mengerti tentang zaman ini, kalau hutan dan kekayaan dihabiskan oleh pihak perusahaaan berarti anak cucu saya mereka akan menderita maka stop perusahaan ilegal masuk,” Pungkasnya. (*)
Penulis Lambertus Magai