CERPEN- Riko dan Siska duduk berdua di pinggir Danau Sentani, menikmati senja yang perlahan turun dari cakrawala. Udara sore itu begitu sejuk, angin berbisik lembut, dan ombak kecil di danau menciptakan suara menenangkan. Di tengah keindahan alam itu, Riko merasa begitu bahagia. Bintang-bintang mulai bermunculan satu per satu di langit, seakan menyambut senja yang datang dengan keindahannya.
Riko sering merasakan sebuah perasaan aneh setiap kali dia memandang langit malam yang dipenuhi bintang. Bintang-bintang itu tampak begitu jauh, namun selalu mengingatkannya pada cita-cita dan harapannya. Dia sering kali jatuh dalam pencariannya akan bintang-bintang itu, mengejar sebuah impian yang tampaknya tak pernah bisa digapai. Namun, di antara semua bintang itu, hanya ada satu bintang yang benar-benar membuat hatinya berdebar Siska. Meskipun banyak bintang di langit, tak ada yang lebih bersinar daripada Siska bagi Riko.
Saat itu, Riko merasa bahwa senja di Danau Sentani adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaan yang sudah lama terpendam. Waktu dan ruang yang diberikan alam seakan menjadi saksi bisu bagi apa yang ingin dia katakan. Mungkin ini adalah saatnya untuk mengungkapkan isi hati yang selama ini hanya berputar di dalam benaknya.
Dengan hati yang berdebar, Riko mulai berkata, “Eee… Siska, saya ingin cerita sesuatu yang sudah lama ada di dalam hati saya. Tapi saya malu… Jangan sampai Siska marah, ya?”
Siska tersenyum lembut, tatapannya penuh pengertian. “Eee, Gobaybo, cerita saja sudah. Gobaybo tidak perlu malu. Saya adalah mama fari anak-anak nanti, bukan orang lain. Cerita saja sudah…,” kata Siska dengan suara yang menenangkan, seakan menghapus semua rasa cemas yang ada di dalam diri Riko.
Nama yang Siska panggil selalu terdengar begitu istimewa di telinga Riko. Setiap kata yang keluar dari mulut Siska terasa seperti melodi yang menenangkan. Seakan dunia ini hanya milik mereka berdua, hanya ada mereka di dunia ini, bersama-sama menikmati indahnya alam dan saling memahami.
Riko merasa seperti mendapat sebuah kekuatan baru dari kata-kata Siska. “Lain kali, jangan berikan hatimu sepenuhnya kepada seseorang yang bukan penciptanya. Mereka bisa memporak-porandakan hatimu. Hanya berikan hatimu pada Tuhan, agar hubungan kita tetap terjaga,” tambah Siska dengan bijak. Kata-kata itu seperti petuah yang menyentuh hati Riko, memberikan pemahaman yang dalam tentang cinta dan kehidupan.
Sore itu, senja semakin turun dari bagian utara Danau Sentani. Keindahan senja yang memancarkan warna merah keemasan di langit menjadi saksi bagi dua jiwa yang sedang berbicara tentang hati mereka. Senja itu seolah bahagia, dan begitu pula Riko. Kebahagiaan itu milik Riko, karena saat itu dia merasa ditemani oleh bintang yang tak bisa dibandingkan dengan bintang lain. Bintang itu adalah Siska, bintang yang selama ini dicari Riko, bintang yang membuat hidupnya terasa lebih berarti.
Danau Sentani yang tenang, dengan aroma kebahagiaan yang menyelimuti, semakin hari semakin memperlihatkan kesetiaan. Namun, terkadang, gelombang kecil datang dan menggoyahkan kedamaian. Namun, Riko tahu bahwa meskipun banyak yang tak bisa dimengerti atau diselesaikan, danau itu tetap menyimpan kedalaman hatinya yang tak terungkapkan.
Namun, ada satu kenyataan yang tak bisa Riko hindari. Siska membutuhkan lebih dari sekadar perasaan. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi untuk menjalin hubungan yang lebih serius—termasuk syarat kekayaan. Riko sadar bahwa dia tidak memiliki apa yang Siska butuhkan. Dalam hal ini, dia merasa ada kesenjangan antara mereka, dan mungkin inilah kenyataan yang harus diterima. Meskipun demikian, Riko merasa bahwa inilah jalannya, sebuah motivasi hidup yang datang dari rasa yang tulus.
“Tidak apa-apa,” gumam Riko dalam hati, berusaha menerima kenyataan yang ada. “Setiap hari adalah waktu dan ruang yang baik untuk memaafkan diri sendiri. Aku sadar, dengan kebohonganmu, kita belajar untuk menyadari mana yang datang dari ketulusan dan mana yang berasal dari kesenangan semata.”
Riko mulai merenung, menyadari bahwa kehadiran Siska dalam hidupnya bukanlah untuk selamanya, namun untuk mengisi kekosongan hatinya sementara waktu. Meskipun ada banyak hal yang tak bisa dia ubah, Riko merasa bahwa dia harus menerima kenyataan dan belajar untuk melepaskan.
Namun, di dalam hatinya, Riko ingin Siska tahu bahwa ada satu hal yang sangat penting baginya. “Siska, satu hal yang perlu kau ingat,” kata Riko dengan penuh keyakinan. “Berilah aku kepercayaan, dan bebaskan cinta dengan kejujuran, seperti indahnya senja di Danau Sentani sore hari ini.”
Siska tersenyum, dan mata mereka bertemu sejenak, saling memahami tanpa perlu kata-kata lagi. Senja itu, dengan segala keindahannya, menjadi saksi bagi perasaan yang tulus dan harapan yang tak tergoyahkan. Meski ada banyak hal yang belum pasti, Riko tahu satu hal—dia akan selalu berusaha mencintai dengan kejujuran, dan tetap menjaga hatinya agar tidak ternodai oleh kebohongan.
Danau Sentani tetap tenang, bintang-bintang bersinar terang, dan senja perlahan menghilang. Namun, perasaan yang tulus dan keinginan untuk mencintai dengan hati yang murni akan terus menjadi motivasi Riko dalam menjalani hidupnya. Dan mungkin, suatu hari nanti, Siska akan memahami bahwa cinta sejati tak pernah membutuhkan syarat apapun selain kejujuran.
Karya Amohe, Lelaki setia ddengan ribuan kegagalan soal urusan cinta