Jayapura, (AnggrekPapua), Gerakan Mahasiswa Papua (GERMAPA) menggelar pemutaran film dokumenter berjudul “Sa Butuh Ko Pu Cinta” sebagai bentuk edukasi bagi anak jalanan dan masyarakat Papua.
Acara ini berlangsung di Putaran Taxi Perumnas III Waena, Kota Jayapura, Papua, pada hari Selasa, 11/ 2/2025).
Pemutaran film dokumenter yang diorganisir oleh GERMAPA ini dihadiri oleh sekitar 50 orang dan melibatkan beberapa organisasi, di antaranya GREEN Papua, KNPB, GempaR Papua, UNIKAB, dan KOMUNITAS KAKI ABU.
Setelah pemutaran film, GERMAPA membuka sesi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada para peserta untuk menyampaikan pandangan mereka terkait film yang menceritakan kisah anak jalanan di Wamena, dengan judul “Sa Butuh Ko Pu Cinta”.
Dalam diskusi tersebut, banyak yang mengkritisi pelaksanaan Otonomi Khusus (Otsus) yang dianggap belum mampu mensejahterakan rakyat Papua, terutama dalam sektor pendidikan.
Moderator diskusi, Merry Itibalyo, menyampaikan bahwa banyak anak-anak Papua yang terlantar di berbagai kota akibat kesenjangan sosial yang terjadi.
“Kawan-kawan yang hadir dalam diskusi ini perlu tahu bahwa anak-anak Papua yang terlantar di sepanjang jalan beberapa kota, termasuk di Jayapura, memiliki cita-cita. Namun, mereka gagal meraihnya karena adanya kesenjangan sosial yang masif,” katanya.
Merry juga menambahkan bahwa anak-anak jalanan berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, seperti kehilangan orang tua, mengalami kekerasan, atau kondisi ekonomi keluarga yang lemah.
“Namun dalam kondisi ini, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memberantas kondisi sosial yang buruk,” tegasnya.
Sementara itu, Varra Iyaba, Ketua GERMAPA, menyoroti sistem kolonialisme yang masih berlaku di Indonesia.
“Kehidupan bangsa tertindas bersama kolonialisme akan selalu melanggengkan penindasan dan pembiaran atas keterpurukan kondisi sosial bagi kaum tertindas. Kolonial Indonesia menggunakan sistem kapitalisme yang menghasilkan penindasan, penderitaan, pembunuhan, penangkapan sewenang-wenang, penembakan, dan perampokan Sumber Daya Alam (SDA) Papua,” ujar Varra.
Varra juga menekankan rakyat Papua tetap berada dalam posisi tertindas oleh sistem kolonialisme, dan mereka harus berjuang untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan.
“Anak jalanan ini adalah hasil dari kapitalisme demi kepentingan akumulasi modal. Oleh sebab itu, GERMAPA akan terus menyebarkan semangat perlawanan rakyat Papua,” tambahnya.
Gerakan Mahasiswa Papua (GERMAPA) menyelenggarakan diskusi film ini dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran kritis di kalangan anak jalanan agar mereka tidak terus berada di bawah kekuasaan penjajah. GERMAPA juga berkomitmen untuk menyebarkan agitasi perlawanan dan memperjuangkan pembebasan rakyat Papua dari penindasan kolonialisme.
Penulis. Hubertus Gobai