Oleh: Selpius Bobii, Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua – JDRP2
Bahwa Kongres Papua I difasilitasi oleh Komite Nasional Papua antara tanggal 17 – 19 Oktober 1961. Forum Kongres ini dihadiri oleh wakil dari tujuh wilayah Adat dan Neiuw Guinea Raad (Dewan Papua). Pada sesi terakhir forum Kongres, 19 Oktober 1961 dalam “Manifesto Politik” mengumumkan pernyataan “Kebangsaan Papua” dan pernyataan “Kemerdekaan Bangsa Papua”. Juga mendeklarasikan simbol simbol kebangsaan Papua.
Bahwa atas restu Ratu Kerajaan Belanda, pada 1 Desember 1961 kemerdekaan kedaulatan bangsa Papua itu diumumkan secara resmi dalam suatu Upacara dengan menandai pengibaran Bendera Bintang Fajar diiringi lagu “Hai Tanahku Papua”. Upacara ini dihadiri oleh wakil dari Pemerintah Belanda, Australia, Inggris, Perancis dan Papua New Guinea. Peristiwa penting ini diwartakan oleh beberapa wartawan.
Bahwa dalam maklumat Tiga Komando Rakyat (TRIKORA) yang diumumkan pada 19 Desember 1961 di alun alun Jogyakarta, Presiden Soekarno secara tegas mengakui “adanya Negara Papua”. Tetapi “bayi Negara Papua” yang baru berumur 18 hari itu dianeksasi alias diadopsi oleh NKRI melalui Invasi Militer dan Politik (Traktat Perjanjian) antara Indonesia dan Belanda di New York pada 15 Agustus 1962 tanpa melibatkan Orang Asli Papua.
Bahwa “bayi Negara Papua” yang diadopsi oleh NKRI atas dukungan para sekutunya itu, sudah “Tumbuh Dewasa” dalam genggaman tangan besi, dan kini “bangsa Papua siap MANDIRI” sebagai “Negara Berdaulat” di atas dasar filosofi: “Saling Mengasihi di Dalam Tuhan”; Dengan semboyan: “Satu Rakyat Satu Jiwa Siapkan Jalan Tuhan”; Dengan Undang Undang Dasar: “10 Perintah Allah”; dan di bawah panji panji: “Tuhanlah Pembebas, Imam Agung dan Raja Kita”.
Bahwa bangsa Papua sudah merdeka secara politik pada 19 Oktober 1961, yang diumumkan secara resmi pada 1 Desember 1961. Saat ini Tuhan sedang menanti bangsa Papua harus lahir baru di dalam Tuhan (merdeka rohani). Pada awal bulan September 2023 utusan dari Tuhan memberitahu kami bahwa “pintu Papua Merdeka sudah terbuka lebar dan saat ini kita berada di ambang pintu” untuk memasuki Tanah Suci Papua, atau Eden Papua, atau Papua Penuh Kemuliaan.
Bahwa sebelum Tuhan memulihkan Tanah Air dan bangsa Papua, kita diberi kesempatan sedikit waktu oleh Tuhan untuk LAHIR BARU DI DALAM TUHAN yaitu: BERTOBAT dari dosa, BERDAMAI dengan siapapun sekalipun musuh, dan BERSATU di dalam rencana kehendak Tuhan. Hal hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, termasuk bagi yang tidak lahir baru di dalam Tuhan yaitu bagi yang tidak taat pada perintah Tuhan, akan dimusnahkan dari Tanah Air Papua, demikian petunjuk dari utusan Tuhan.
Bahwa gerakan pemulihan Tanah Air dan bangsa Papua harus dibangun dari Gag Sorong sampai Samarai PNG. Karena pemulihan Gag Sorong sampai Samarai PNG adalah rencana kehendak Tuhan, bukan rencana kehendak manusia. Saat ini sedang dalam proses seleksi. Hanya orang orang pilihan, yaitu orang orang yang telah menguduskan dirinya dalam Kebenaran Firman Tuhan, akan diizinkan Tuhan memasuki Tanah Suci Papua, atau Eden Papua, atau Papua Penuh Kemuliaan indah pada waktu-Nya.
Matius 6:33 “… carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Lukas 18:27 Kata Yesus: “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.” Roma 8:31 b “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”
Pada kesempatan ini, kami JDRP2 mengucapkan Selamat Merayakan Natal, 25 Desember 2023; Injil Lukas 2:14 “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Dan Selamat Menyambut Tahun Baru 1 Januari 2024; Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam menyertai kita sampai Papua Merdeka hingga Maranatha”.
Akhirnya: “SATU RAKYAT SATU JIWA SIAPKAN JALAN TUHAN”
(Oleh: Selpius Bobii, Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua – JDRP2 Jayapura: Selasa, 19 Desember 2023)