Oleh Ernest Pugiye
Di era digital,
Marx masih relevan,
Fuchs menelaah ulang,
“Das Kapital” di zaman baru.
Informasi berlimpah,
Teknologi merajalela,
Kapitalisme bertransformasi,
Menciptakan borjuis digital.
Media dan komunikasi,
Menjadi alat produksi,
Akumulasi kapital,
Berlangsung di dunia maya.
Facebook, Twitter, Amazon,
Raksasa digital berkuasa,
Mengendalikan informasi,
Membentuk opini publik.
Ketergantungan manusia,
Pada dunia virtual,
Menjadi “fetish”,
Menghilangkan hubungan nyata.
Marx memperingatkan bahaya,
Keterasingan dan eksploitasi,
Dalam kapitalisme informasi,
Manusia terjebak dalam sistem.
Informasi sebagai komoditi,
Diperjualbelikan dan dikendalikan,
Nilai-guna terabaikan,
Nilai-tukar menjadi prioritas.
Kritik terhadap kapitalisme,
Tetap relevan di era digital,
Perubahan teknologi,
Tak mengubah esensi sistem.
Buku Fuchs, “Reading Marx”,
Menawarkan perspektif kritis,
Membuka mata kita,
Terhadap realitas kapitalisme.
Kita harus waspada,
Terhadap dominasi teknologi,
Membangun kesadaran kritis,
Membebaskan diri dari belenggu.
Masa depan manusia,
Tergantung pada pilihan kita,
Apakah kita akan terjebak,
Dalam sistem kapitalisme?
Atau kita akan bangkit,
Membangun dunia yang adil,
Berlandaskan nilai-nilai,
Kemanusiaan dan keadilan?
Puisi ini mencoba,
Menangkap esensi buku,
“Reading Marx in the Information Age”,
Sebagai refleksi kritis.
Di era digital ini,
Kita perlu memahami,
Konsep-konsep Marx,
Untuk menghadapi tantangan.
Kapitalisme informasi,
Menuntut kesadaran kritis,
Agar kita tidak terjebak,
Dalam sistem eksploitasi.
Revolusi informasi,
Membuka peluang baru,
Namun juga menyimpan bahaya,
Jika tidak dikelola dengan bijak.
Fuchs mengajak kita,
Untuk membaca Marx,
Dengan perspektif baru,
Di era digital ini.
Semoga puisi ini,
Menjadi inspirasi,
Untuk berpikir kritis,
Dan membangun dunia yang lebih baik.
Bomomani, Mapia, Dogiyai Kamis 28 November 2024
