Karya Ernest Pugiye
Puisi- Di dusun kecil Midio,
Terukir kisah Auki Tekege,
Nabi besar, pembawa cahaya,
Menyulut api iman di bumi Mee-Pago.
Berjalan jauh, menelusuri jejak,
Membawa Injil dari Pronggo,
Melintasi Bidau, Sungai Kakau,
Menaklukkan Gunung Ibou, menuju Puncak Tiho.
Pada Natal 23 Desember 1935,
Pater Tilleman dan Auki bernyanyi,
Di puncak Tiho, lantunan pujian,
Menyambut kelahiran Sang Juru Selamat.
Di Ugoepa, Obaitokunu,
Natal kedua dirayakan dengan gembira,
Dan di Modio, pada 25 Desember,
Injil bernyala di atas Punjak Batu Karang.
Rara-Raja Adat Mee-Pago berdatangan,
Berkumpul dalam kebersamaan,
Memuji kebesaran Kekuasaan Allah,
Membakar batu, ternak babi, kuskus, dan hasil kebun.
Modio, pusat pekabaran Injil Tuhan,
Auki, sang tokoh agama yang terhormat,
Mgr. John Philipun Saklil Pr, Uskup Timika,
Menjawab iman atas sejarah Auki Tekege.
Modio membutuhkan banyak suster,
Imam, Diakon, dan guru agama,
Demi Auki dan Injil-Nya yang suci,
Demi masa depan anak-anak Mee-Pago.
Auki menuntun kita hidup dalam Injil,
Dalam 10 Hukum Adat yang luhur,
Mengajak kita untuk selalu hidup dalam Dihodou,
Menjadi teladan bagi generasi mendatang.
Kisah Auki Tekege,
Sebuah inspirasi bagi kita semua,
Menjadi bukti nyata bahwa iman,
Mampu menyatukan hati dan jiwa.
Di balik gunung dan lembah,
Di tengah hutan dan sungai,
Auki Tekege, sang pembawa cahaya,
Menyentuh hati, menerangi jalan.
Di dusun kecil Midio,
Kisah Auki Tekege akan terus terukir,
Sebagai bukti nyata bahwa iman,
Mampu mengubah dunia.
Auki Tekege, sang pembawa cahaya,
Menyulut api iman di bumi Mee-Pago,
Menuntun kita menuju jalan kebenaran,
Menuju surga yang penuh kasih.
Nabire Rumah Makan Revisa Oyehee, Selasa 19 November 2024.