Oleh Andy Gobai
Di tengah dinginnya pagi di Bomomani, Distrik Mapia, Dogiyai sebuah kampung kecil di jantung Papua Tengah telah lahir dan tumbuh seorang anak muda yang kelak menjadi inspirasi bagi banyak orang. Namanya Piter Tekege. Wajahnya dikenal luas, bukan karena tampil di layar kaca atau media sosial, melainkan karena senyumnya yang tulus, keahliannya yang luar biasa, dan hatinya yang hangat.
Piter bukan anak muda biasa. Sejak duduk di bangku SD dan SMP, ia sudah menunjukkan bakatnya dalam bidang teknik- memperbaiki genset, radio, hingga motor. Ia seperti “tukang kecil” kampung Bomomani, yang siap membantu siapa saja tanpa pamrih.
Saat beranjak remaja dan masuk SMA, ia tidak hanya sibuk dengan pelajaran. Di sela-sela waktu, Piter menjadi sopir lintas Nabire- Mapia untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah. Ia menjalani semua itu tanpa keluhan. Dari balik kemudi, ia bukan hanya belajar tentang jalan dan rute, tapi juga tentang ketekunan, tanggung jawab, dan daya juang.
Muda, Mandiri, dan Berbakat
Setelah lulus SMA, Piter melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ). Di sana, ia tak hanya menjadi mahasiswa, tapi juga seorang mekanik motor dan mobil. Ia memperbaiki kendaraan orang lain demi membiayai kuliahnya sendiri tanpa mengandalkan kiriman dari keluarga, meski ayahnya dikenal sebagai tokoh terkemuka di kalangan masyarakat Mapia.
Karakter mandirinya sangat menonjol. Ia tidak pernah merasa lebih tinggi, juga tidak pernah mengeluh tentang beban yang dipikulnya. Semua dijalani dengan tulus dan diam-diam. Karena baginya, keringat dan kerja keras adalah jalan mulia menuju keberhasilan.
Dari Surabaya ke Freeport
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, saya- sebagai seseorang yang mengenalnya dengan dekat- mengirimkan Piter bersama dua rekan lainnya mengikuti kursus teknik pengelasan dan perbengkelan. Pelatihan ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Daerah Dogiyai dan PT PAL Surabaya.
Namun tak lama setelah memulai pelatihan, Piter mendapat tawaran kerja dari PT Freeport Indonesia- sebuah perusahaan tambang berskala internasional. Kemampuannya dalam bidang teknik membuatnya langsung diterima, dan sejak tahun 2019 ia menjadi bagian dari perusahaan besar itu. Selama enam tahun (2019–2025), Piter bekerja dengan penuh dedikasi.
Di Freeport, ia dikenal sebagai pribadi yang ramah, disiplin, dan selalu membawa semangat positif. Ia bukan hanya karyawan, tapi juga representasi dari harapan dan potensi anak-anak muda Papua.
Meski bekerja di tempat bergengsi, Piter tidak lupa pada kampung halamannya. Ia ingin kembali, membangun tanah kelahirannya. Maka di tahun 2024, ia mendaftar sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Kabupaten Dogiyai.
Ia dinyatakan lulus, dan bersama rekan-rekannya, dijadwalkan menerima SK Pengangkatan CPNS pada tanggal 14 Agustus 2025- hari yang seharusnya menjadi titik awal bagi pengabdian barunya di tanah Papua.
Tapi takdir berkata lain.
Dua hari sebelum hari bahagia itu, pada tanggal 12 Agustus 2025, Piter Tekege meninggal dunia secara mendadak di kampung halamannya, Bomomani. Ia pergi dengan tenang, namun meninggalkan duka yang dalam bagi semua yang mengenalnya.
Tak ada yang menyangka kepergiannya akan secepat ini. Saya sendiri sempat bertemu dengannya terakhir kali di rumah Ferderika Mavfit Tekege, di kompleks perumahan SMA Negeri 1 Moanemani. Kami sempat tertawa dan bercanda selama kurang lebih setengah jam. Tak ada firasat, tak ada tanda. Hanya senyumnya yang khas- yang kini tak akan lagi kami lihat..
Bagi masyarakat Meepago dan anak-anak muda Papua, Piter adalah panutan. Ia rendah hati, pekerja keras, penuh solidaritas, dan selalu hadir untuk membantu. Namanya mudah diingat, karena karakternya begitu kuat melekat di hati siapa saja yang mengenalnya.
Piter bukan hanya adik. Ia adalah cahaya kecil yang menyala terang di tengah kabut tantangan hidup anak-anak muda Papua. Ia adalah bukti bahwa kerja keras, keberanian, dan karakter yang baik mampu membuka jalan ke mana saja.
Kini, Piter telah kembali ke pangkuan Sang Pencipta. Ia pergi dengan membawa cinta banyak orang dan meninggalkan jejak kebaikan yang tak akan dilupakan. Selamat jalan, bapa ade, eteidai. Semoga Tuhan yang Maha Pengasih mengampuni segala khilafmu dan menyambutmu di surga-Nya yang damai.
Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, kekuatan, dan penghiburan oleh kasih Tuhan Yesus Kristus. (*)
Penulis Andy Gobai adalah mantan Ketua KPU Kabupaten Dogiyai dan intelektual asal Papua Tengah. Ia mengenal sosok Piter Tekege sejak muda dan menyaksikan langsung perjalanan hidupnya.