Jayapura, Anggrekpapua.com – Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Wilayah Mapia mengumumkan duka nasional atas wafatnya aktivis Yosias Iyai pada Minggu (10/8/2025) dini hari di RSUD Siriwini, Nabire, Papua Barat. Ia menghembuskan napas terakhir pada pukul 05.48 WIT setelah lama berjuang melawan sakit sejak 2011.
Bagi keluarga, kerabat, dan rekan seperjuangan, Yosias adalah sosok pejuang gigih yang tetap setia pada jalan perjuangannya meski harus keluar-masuk rumah sakit.
Perjalanan aktivismenya dimulai pada 2016, ketika ia memimpin Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Bogor. Pada 2018, melalui Kongres Nasional AMP ke-IV, Yosias dipercaya menjadi bagian dari Biro Keuangan AMP Pusat.
Pada 2019, Yosias terlibat dalam aksi menolak rasisme di Deiyai. Karena perannya, ia bersama Ketua KNPB Deiyai, Istef Pigay, dan sejumlah rekan lainnya ditangkap dan dipenjara di Polres Nabire. Setelah melalui proses hukum, Pengadilan Negeri Nabire membebaskan mereka pada 2021.
Tidak berhenti di situ, Yosias menjadi salah satu pelopor perjuangan di wilayah Mepago. Ia mengorganisir sektor pertahanan di Mapia serta menjabat sebagai Ketua Diplomasi KNPB Wilayah Mapia. Dalam perannya, ia merancang agenda pendidikan politik, diskusi, dan penyadaran masyarakat, yang menjadi fokus utama biro diplomasi.
Bahkan dalam kondisi sakit parah, Yosias tetap terlibat membangun organisasi. Ia membantu pembentukan sejumlah sektor, termasuk Sektor Takadii di Distrik Dipa. Kala itu, meski fisiknya lemah, ia rela berjalan kaki ke lokasi kegiatan demi tanggung jawabnya.
Selain dikenal sebagai aktivis, Yosias juga merupakan tulang punggung keluarga. Ia sering bekerja sebagai sopir lintas kota Nabire–Paniai untuk membiayai adik-adiknya dan putri semata wayangnya. Sayangnya, sang putri tidak dapat hadir di pemakaman ayahnya.
Satu bulan terakhir, kondisi kesehatannya terus menurun. Ia sempat dirawat di RSUD Paniai sebelum dipindahkan ke RSUD Siriwini, Nabire, hingga akhirnya berpulang.
“Selamat jalan, kamrade Yosi ,” tulis salah satu rekannya, mengenang sosok yang tetap berada di garis depan perjuangan hingga akhir hayat.
Reporter Samual Magai