Karya: Samuel Magai
Pagi di Kampung Halaman Mentari pagi menyapa ramah dengan puing-puingnya
Cahaya keemasan menyinari gunung Kobouge
Unggas-unggas berkicau riang gembira hiasi rerunyuhan menyambut hadirnya hari yang cerah
Angin segar masih terasa keseur dingin memompa nadi Embun pagi membasahi rerumputan tertidur.
Ayam berkokok rontah bersahutan sebagai tanda kehidupan mulai bersemi disini
Di sudut desa, ibu mulai memasak jalarnya,
Aroma harum serbak menggugah selera.
Ayah pergi ke gunung Kobouge dengan gembira, menemui kebutuhan yang mulai menguning.
Kampung halaman, tempat jiwa bertumbuh,
Pagi yang damai, penuh kedamaian.
Kenangan indah terukir di hati yang tak akan pernah bisa kulupakan.
Makna puisi:
Puisi ini menggambarkan suasana pagi hari di kampung halaman yang tenang dan damai. Pagi hari di kampung digambarkan dengan keindahan alam, seperti mentari pagi, kicauan burung, udara segar, dan embun pagi. Selain itu, kehidupan sehari-hari masyarakat desa kampung Jainoa yang sederhana juga digambarkan, seperti ibu yang memasak dan ayah yang pergi ke berburu. Puisi ini mengungkapkan rasa cinta dan kerinduan pada kampung halaman. (*)