Oleh Kaleb Ganabi Mote
Raja Ampat bukan sekadar nama di peta Indonesia, apalagi hanya tempat wisata yang difoto lalu dilupakan. Ia adalah warisan alam luar biasa, rumah bagi ribuan spesies laut, terumbu karang yang menakjubkan, dan masyarakat adat yang telah hidup harmonis dengan alam selama berabad-abad. Ini adalah salah satu pusat keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia harta tak ternilai yang hanya dimiliki oleh Indonesia.
Ironisnya, kekayaan ini justru terus terancam oleh kebijakan pembangunan yang abai terhadap kelestarian lingkungan. Atas nama investasi dan pertumbuhan ekonomi, banyak wilayah termasuk Raja Ampat menjadi korban eksploitasi. Hutan digunduli, laut tercemar, masyarakat adat terpinggirkan, dan alam yang menjadi sumber kehidupan rusak secara perlahan.
Negara seharusnya hadir sebagai pelindung, bukan perusak. Tugas pemerintah bukan hanya membangun, tetapi memastikan bahwa pembangunan berlangsung secara berkelanjutan tanpa mengorbankan ekosistem dan kehidupan yang telah ada jauh sebelum kita. Ketika negara memberikan izin kepada pihak-pihak yang merusak lingkungan, maka negara sesungguhnya sedang mengabaikan tanggung jawab konstitusionalnya terhadap rakyat dan alam.
Raja Ampat bukan tempat yang bisa direkayasa ulang. Jika rusak, ia tak akan pernah kembali seperti sediakala. Yang hilang bukan hanya pemandangan indah, tapi juga sumber pangan, identitas budaya, dan ekosistem yang menopang kehidupan global.
Karena itu, kita baik rakyat, pemerintah, maupun komunitas internasional harus sadar bahwa Raja Ampat adalah titipan yang harus dijaga, bukan dikorbankan demi keuntungan sesaat. Jangan biarkan keserakahan hari ini merampas masa depan anak cucu kita.
Lindungi Raja Ampat, karena yang kita selamatkan bukan hanya keindahan alam, tetapi juga kehidupan itu sendiri.
Penulis Adalah Mahasiswa Papua Asal Mapiha di Jayapura