Cerita pendek cerpen berikut adalah Karya Emanuel Magai, dalam Buku yang berjudul “kalung Harapan” Kemudian ditulis kembali oleh jurnalis cilik Andreas Tebai.
Akkhir-akhir ini berbeda dari sebelumnya, panas membuat kekeringan. Tak ada lagi gugusan awan nimbostratus dibalik bingkai langit. Hanya helaian awan stratus membelkangi bumi, tapi sebentar saja, menghalangi. Burung pipit tidak berani siul, ia tak terlihat kepakan sayapnya terbang, hibur bumi. Hewan-hewan berlindung antara pepohonan hutan di kehajauhan sana.
Semua orang berlindung di emperan pertekoan kios milik orang makassar,jawa dan bugis di oyehe. Sebagianya lagi menuju pantai nabere. marta songgonau dan nella kogoya juga kesana. Mereka baru saja pulang dari jayapura. Tentunya bawah es kelapa dan dan es buah untuk menjadi hidangan istimewa, menyergarkan dahaga.
Hari ini panas menggelegak. Sebenarnya setiap hari, tapi, hari ini lebih dari sebelumnya. Bagiamna tidak? Wilayah adat meepago sekaligus pusat menghubung transportasi darat dan laut di wilayah meepago tidak seperti biasanya. Di nabire, tak bisa di duga bahwa musim hujan dan kemarau. Menurut buku ( pete dunia) atlas, kota nabire terletak dibawah garis khatulistiwa, sehingga, tidak seperti di eropa.di papua, pagi mentari terbit dan sore hujan lebat guyur menyiram bumi.
Tengah panasnya hari ini, gadis jelita duduk diatas tembok panjang pantai nabire, dibawah pohon ketapan. Dengan seikat kacang, sebelahnya terdapat sebuah gelas es kelapa. Ia terdiam diri. Angin lsut lembut mengipas wajah, teduh, gadis itu menjadi salah satu tamu, penikmat es buah.
Gadis jelita itu adalah veronika adii, asala deiyai biasanya disapa dengan sebutan vero. Posternya tidak kurus, agak tinggi manis cantik rupanya seindah bunga wagade yang menghiasi gungung deiyai. Banyak pria menggoda padanya, itu terbukti dari beberapa laki-laki yang menggagumi tempak kecantikan vero. Termasuk teman-temanya di sma tabernakle nabire.
Veronika terbuaih dalam menikamti keindahan riuh gemuruh ombak yang memainkan botol-botol bekas yang berserakan sepanjag bibir pantai pantai nabire kadang tidak di rawat, penunjung dan pedang buang sampah seenak jidat.
Perahu nelayan terpung lautan terhias indah memanjakan setiap mata yang memandanya. Sesekali ombak memeluk tembok tua pantai nabire, aingin laut sepoi melambai tubuh veronika. Kesejuhkan menyelimuti tubunya segar tanpa teman cerita, vero hanya bisa menarik nafas dan perlahan menghebuskannya. Ia berusaha melepaskan beban yang ada dalam benaknya. Ia berusaha ikhlaskan. Berusaha melepaskan yang perlu dilepaskan, namum bayangan pujaan hatinya masih bertuan dalam istana hatinya. Dia masih jadi pengeran diingatan yang suatu saat akan datang menjemputnya menjadi pendamping hidup. Susah lupakan tentang lelaki itu.
Secangkir es buahnya kini tinaggal ampas. Seikat kacang yang masih mneikmati, makan satu buah kulitnya, tinggal akar kering.
Veronika ambil tas coklat miliknya dari samping kanannya, ia di sodorkan buku, dalam buku ini, dalamm buku ini vero segala pertanyaan. Ia tulis tentang kesehiahn maupun kebahgian, ia tulis juga tentang alex, pacraya. Vero baca catatan-catan dari bukunya.
Vero menghela nafas, ia baca terus catatannya. Perih, perlahan tentang alex merasuk sekujur nadi kemudian berkeping naik ke bola mata lalu cucurkan bituran air mata. Vero baca teoat pada aklimat yang menjadi kekuatannya untuk jalani kekuatannya untk jalani hubungan dengan kekasihnya, alex.
โ bagiku, . mencintai adalah anugrah terindah. Senyum manismu adalah semangatku. Aku jaga hubungan ini sampai tuahn ambil nafasku.โ Kata kata alex saat berjumpa, di awal bulan juni.
Baca kalimat dari catatan itu, tanpa sadar,air mata berjatuhan basahi polos pipinya, bagi veronika, bahi veronnika dulunay aklimat itu menjadi kekuatan untuk menjaga hubungan kepada alex namun sejenak seminggu lalu kalimat itu menjadi luka.
Vero fokus baca, ia memaknai kata yang diucapkan alex kala bersama. Bahwa alex yang ia cintai hanya mampu menghadiakan veronika dengan air mata.
Di singkat cerita bagi alex; selepas mengenah pertama di bomomani, mapia, ia datang ke nabire. Seterusnya tidak tahu, tidak pernah terlihat di hadapan vero, hilang dari kota nabire.
Vero bayangi semuanya itu. Minggu lalu, alex minta vero bertemu di tempat yang ia duduk sekarang. Susana masih kalanya membuat ingat kembali ingat kembali perjumpan itu. Tapi sekaranghanya vero mematung merujut kerinduan. Sepertinya perpisahan kembali mengulang bagai pangung samdiwara memainkan opera. Berikut cerita singkat perpisahan vero dan alex:
โ kenapa kau datang meminta ku datang kesini.โ Tanya veronika dengan wajah penuh tanya.
Sebagaian dari perhatian damn tinggah alex sudah tidak setulusnya dengan sebelumnya.
โ iya, ada hal penting yang perluh bicara disini.
Bagiku, ini memang hal sangat berat untuk katakan padamu, vero. Maafkan aku, juwitaku.โ Lanjut alex yang sontak putus asa.
โ kau bicara apa ? katakan saja, jangan buat aku penasaran, alex, aku takut. Hanya saja takut kehilamgan mu.โ Pntah vero.
Alex diam. Seperti tulang ikan tersangkut dalam tenggorakan. Tunduk kepala, sekali memamndang sambil meramas jari telunjuk.
โ vero, maaf. Sekrang aku tidak bisa melajutkan hubungan ini, aku sudah capek hadapi sifat orang tuamu. Mereka selalu menghina orang tuaku. Ayah ku telah tiada di dinia ini. Ia pergi menghadap tuhan. Mamaku juga peteni. Ia tinggal di kampungku. Orang tuamu selelu bicara hal itu setiap kali aku main di rumah mu. Aku tahu soal itu,โ alex sedih dan kesal.
Veronika terdiam, matanya mulai berkaca, ia tetap dengar kata-katanya keluar dari kekasihnya.
โ bukan hanya itu, kita takkan bersama lantaran keluarga kita sedarah (famali) walau hanya menurut adat kepercayaan kita.โ Alex serius.
โ kenapa jadi begini, alex. Bukan kah kita sudah saling berjanji untuk sehidup semati? Agar benih ccinta tumbuh di taman nurani bertumbuh mekar. Alex, hanya kau yang bisa menyiraminya, biar benih itu tetap bertubuh subur.โ
โ itu benar, kau tahu rasa aku sayang padamu seperti apa. Bagiku kau adalah energi yang memberikan kekuatan atas benih kita. Bahkan kau sudah menjadi alasan ku bertekad menjadi oang sukses. Tapi vero, aku tidak biasa menerima hinnan kepada orang tuaku. Kau juga tahu vero, bagiamna rasanya orang tuamu di hina depan kau, tente saja kau tidak akan terima vero,
Mengdengar semua perkatan itu, vero terbuai dalam sedih. Air matanya sudah berlinag pipinya yang tak bersalah, lalu jatuh mengenai tanah.
โ Vero tidak akan pernah berpisah bersama lelaki idamannya. Vero apalah daya jika orang tua tidak menyetujui. Vero sangat memahami persaan alex hanya alex satu-satunya.
Vero kita tidak pernah akan bersama. Terhadap orang tuamu itu, kita bisa bicara baik, tapi adat, tidak hukum yang bisa mengatssi. Agar ajaramn bertumuh di taman kita, kita akhiri saja disisni.โ
Alex kesal dan bingun. Air keringat sudah basahi baju hitamya.
โiya, aku tahu, alex. Tapi aku tidak bisa mengakiri semua ini. Aku sudah terlanjur cinta kau, sudah tiga tahun kita jalni hubungan ini. Kita harus akhir secepat ini itukahโ kata vero hendek menyekah air mata di pipihnya yang sebagian derai basahi bajunya.
โ tidak bisa vero, sebelum jauh, kita harus akhiri. Aku juga berat untuk akhiri hubungan ini, tapi kita tak punya kuasa. Maafkan aku, setelah ini, kita tidak ada hubungan apa- apa anggap saja kerabatโ alex balik pandangn kelaut. Alex menyeka bola-bola air mata di kelopak matanya.
Pertemuan akhir ini menjadi pupuk pedih taman mereka. Alex pergi meningglkan veronika.
Setiap kali veronika duduk di pantai nabire, kisah sepulh tahun yang lalu hadir seutuhnya. Seperti sore ini, pada senjah yang sama veronik yang kini terlihat kurus tinggi itu bersama natalia, akan permanya. Bayang ada tentang alkex datang lagi.
โanakku, hari sudah sore. Kita pulangb kerumah, vero menyeka air matanya tanp ketahui anak pertamnya.