24.9 C
Special Region of Papua
Senin, Desember 23, 2024

Aksi Damai Perayaan Hari Disabilitas Internasional dan Hari Noken Se-Dunia di Sorong: Menguatkan Inklusi dan Melestarikan Budaya Lokal

BACA JUGA

Sorong, Anggrek Papua – Pada Selasa, 3 Desember 2024, aksi damai dalam rangka peringatan Hari Disabilitas Internasional dan menyongsong Hari Noken Se-Dunia berlangsung di Kota Sorong, Papua Barat Daya. Kegiatan ini dimulai pukul 16.00 WP, dengan titik kampul start di depan Taman Deo, Sorong City, dan berakhir di halaman kantor Gubernur Provinsi Papua Barat Daya.

Tema yang diusung adalah “Memperkuat Kepemimpinan Penyandang Disabilitas untuk Masa Depan yang Inklusif dan Berkelanjutan di Wilayah Papua Barat Daya.”

Markus Wafom, Ketua Panitia Perayaan Hari Disabilitas dan Hari Noken, dalam wawancara dengan Anggrek Papua menjelaskan bahwa aksi ini bertujuan untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional sekaligus menyongsong Hari Noken Se-Dunia.

“Aksi ini adalah bentuk komitmen bersama komunitas disabilitas di Sorong, yang membawa aspirasi kepada pemerintah Provinsi Papua Barat Daya untuk meningkatkan pelayanan inklusif bagi penyandang disabilitas,” kata Markus.

Markus menambahkan bahwa para penyandang disabilitas di Sorong berharap pemerintah memberikan perhatian lebih terkait aksesibilitas, informasi, transportasi, bantuan sosial, serta fasilitas umum yang ramah disabilitas.

“Kami menginginkan agar pemerintah bisa memperhatikan kebutuhan khusus penyandang disabilitas dan memastikan adanya fasilitas yang inklusif untuk mereka,” ujarnya.

Selain itu, aksi ini juga memiliki tujuan untuk melestarikan dan mempromosikan budaya Noken di Papua. Markus menekankan bahwa meskipun telah ada Peraturan Daerah (Perda) terkait Noken sejak 2014, implementasinya masih belum maksimal di berbagai elemen masyarakat.

“Kami berharap Noken bisa dijadikan muatan lokal di sekolah-sekolah. Ini akan memberikan dampak positif baik dalam aspek budaya maupun ekonomi,” ujarnya. Markus.

berpendapat bahwa jika seluruh elemen masyarakat, termasuk sekolah, pemerintah, dan perusahaan, terlibat dalam penggunaan Noken, maka masyarakat akan lebih termotivasi untuk memproduksi Noken secara rutin, sehingga budaya Noken tetap terjaga dan bermanfaat secara ekonomi.

“Jika tidak dilestarikan, budaya Noken ini bisa punah. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendorong penggunaan Noken di berbagai sektor, termasuk di sekolah-sekolah. Ini sangat penting untuk menjaga warisan budaya Papua Barat Daya,” tegasnya.

Selain Markus, Aisyah Indah Lestari, perwakilan dari Komunitas Tuli Sorong, juga menyampaikan aspirasi komunitas disabilitas. “Kami berharap pemerintah Provinsi Papua Barat Daya melindungi dan menghormati hak-hak penyandang disabilitas, serta menghapus segala bentuk diskriminasi terhadap mereka,” kata Aisyah.
Ia juga menekankan pentingnya penyediaan fasilitas yang mendukung penyandang disabilitas, seperti jalur khusus, juru bahasa isyarat, dan aksesibilitas di berbagai instansi pemerintah dan layanan publik.
Aisyah menambahkan bahwa aspirasi yang disampaikan oleh komunitas disabilitas telah diterima dengan baik oleh Staf Ahli Gubernur Provinsi Papua Barat Daya. “Kami berharap aspirasi ini dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kesejahteraan dan inklusi sosial bagi penyandang disabilitas,” ujarnya.
Sebagai penutup, Markus dan Aisyah menyampaikan harapan agar pemerintah dapat terus mendukung pengembangan dan pemberdayaan penyandang disabilitas, serta melibatkan mereka dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, ekonomi, dan budaya.

“Kami ingin memastikan bahwa penyandang disabilitas memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi di masyarakat,” pungkas Markus.

Penulis Eskop Wisabla

- Advertisement -spot_img

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

BERITA TERKINI

- Advertisement -spot_img
TRANSLATE »