Polemik seputar tes CPNS di Papua, khususnya di Kabupaten Dogiyai, kembali mencuat. Kali ini, sorotan tertuju pada ketidakadilan yang dialami oleh para pelamar asli Papua. Keluhan muncul terkait perbedaan perlakuan antara pelamar asli Papua dengan pendatang, khususnya dalam hal akses dan kesempatan mengikuti tes.
Yulianus Goo, seorang intelektual Dogiyai, menyoroti ketidakadilan ini di grup Dogiyai News. Ia mengungkapkan bahwa pelamar asli Papua seringkali terlambat mengikuti tes karena kendala transportasi udara maupun darat. Pesawat atau mobil yang menjadi alat transportasi utama di wilayah tersebut seringkali tidak tersedia, sehingga mereka terhalang untuk mengikuti tes CPNS. Ironisnya, para pendatang justru bisa mengikuti tes pada hari terakhir, meskipun mereka tidak mengikuti tes pada jadwal yang ditentukan.
“Semoga Ugatamee dan alam akan melihat petugas dan orang-orang seperti ini diatas tanah Papua,” tulis Yulianus Goo, menyuarakan kekecewaan dan harapan bagi keadilan di tanah Papua.
Menanggapi hal ini, Allowisius Auwe, Kepala Dinas Departemen Agama Katolik Kabupaten Dogiyai, memberikan perspektif lain. Ia menyatakan bahwa para pelamar sendiri memiliki andil dalam situasi ini. Awalnya, mereka menuntut agar 100% kuota CPNS diisi oleh Orang Asli Papua (OAP). Namun, mereka kemudian setuju dengan lokasi tes di SMA Negeri 1 Nabire, yang berlokasi di luar Kabupaten Dogiyai.
“Klu pelamar komitmen dgn isi tuntutan demo maka mereka harusnya desak Pemda setempat utk melaksanakan tes di kabupatennya masing-masing,” tegas Allowisius Auwe.
Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen dan strategi para pelamar dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Apakah keputusan untuk mengikuti tes di Nabire merupakan bentuk kompromi atau malah sebuah kesalahan yang merugikan mereka sendiri?
Peristiwa ini menjadi cerminan kompleksitas masalah yang dihadapi oleh masyarakat Papua dalam mengakses kesempatan dan keadilan. Diperlukan dialog dan solusi yang komprehensif untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah dan pihak terkait perlu memastikan bahwa akses dan kesempatan yang adil diberikan kepada semua warga Papua, tanpa memandang asal usul atau latar belakang mereka. Semoga ke depannya, Papua dapat menjadi tanah yang adil dan sejahtera bagi semua warganya.
Penulis Ernest Pugiye