24.9 C
Special Region of Papua
Minggu, Desember 22, 2024

Kisah Perjalanan Seorang Imam: Mengabdi untuk Tuhan dan Umat

BACA JUGA

NABIRE-ANGGREKPAPUA– Romo Wilhelmus Kamamas, seorang imam Katolik, adalah bukti nyata dedikasi dan pengabdian kepada Tuhan dan umat. Lahir pada 2 November 1971, ia mendedikasikan hidupnya untuk pelayanan suci, ditahbiskan sebagai imam di Katedral Salib Suci Agats pada 1 Agustus 2004. Sejak saat itu, ia telah menorehkan jejak pengabdian di berbagai tempat dan peran, membawa pesan kasih dan harapan kepada umat di tanah Papua.

Perjalanan pelayanannya dimulai di Paroki Roh Kudus Bayun, Keuskupan Agats, dari Agustus 2004 hingga Mei 2010. Di sana, ia tidak hanya menjadi gembala rohani, tetapi juga mendirikan TK Roh Kudus Bayun, sebuah bukti kepeduliannya terhadap pendidikan anak-anak. Romo Wilhelmus percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda.

Romo Wilhelmus, Pr kemudian melanjutkan perjalanan pelayanannya sebagai asisten Romo Basilius Soedibdjo SJ di Tahun Orientasi Rohani (TOR) St. Paulus Nabire, dari Juni 2010 hingga Mei 2014. Pengalaman ini memperkaya pengetahuannya dan memperluas cakrawala pelayanannya. Ia belajar tentang pentingnya pendalaman spiritual dan bagaimana membimbing orang lain dalam menemukan makna hidup.

Setelah itu, ia menjabat sebagai direktur TOR dari Mei 2014 hingga Juni 2018, membimbing para frater Keuskupan Agats dan menjadi dosen di STFT FAJAR TIMUR ABEPURA JAYAPURA dari Juli 2018 hingga Juli 2020. Di sini, ia berbagi ilmunya dan membantu membentuk calon imam masa depan, menanamkan nilai-nilai luhur dan semangat pelayanan kepada Tuhan dan umat.

Pada September 2020, Romo Wilhelmus kembali ke pelayanan paroki sebagai pastor Paroki Hati Kudus Pirimapun, Keuskupan Agats, Provinsi Papua Selatan. Di sini, ia kembali menorehkan prestasi dengan membangun sebuah sekolah di Kampung Sanem, sebuah wilayah yang selama lebih dari 40 tahun tidak memiliki sekolah. Kegembiraan dan kebanggaan terpancar dari wajah Romo Wilhelmus saat melihat anak-anak Kampung Sanem belajar di sekolah baru yang dibangunnya. Ia dengan penuh semangat mendukung mereka dalam meraih pendidikan, sebuah bukti nyata bahwa pelayanannya tidak hanya terfokus pada spiritualitas, tetapi juga pada kesejahteraan dan kemajuan umat.

Perjalanan Romo Wilhelmus tidak hanya dipenuhi dengan tugas dan tanggung jawab, tetapi juga dengan semangat belajar dan pengembangan diri. Pada tahun 2012, ia mengikuti kursus “Formation for Formator” selama tiga bulan, dilanjutkan dengan kursus serupa di Filipina selama setahun. Hal ini menunjukkan komitmennya untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas pelayanannya.

Romo Wilhelmus adalah contoh nyata seorang imam yang mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan dan umat. Ia tidak hanya menjadi gembala rohani, tetapi juga seorang pendidik, motivator, dan pembangun. Kisah perjalanan hidupnya adalah inspirasi bagi semua orang untuk mengabdi kepada sesama dan membangun dunia yang lebih baik.
Penulis Ernest Pugiye

- Advertisement -spot_img

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

BERITA TERKINI

- Advertisement -spot_img
TRANSLATE ยป