JAYAPURA,ANGGREKPAPUA- Anak mudah Papua Sesilius Kegou adalah cerpenis yang aktif menulis untuk papua. Selain ia menulis melalui beberapa buku ia juga aktif menulis di Anggrekpapua.com, Sastrapapua.org dan media lainya.
Sesil Bilang Menulis sangat asyk apa lagi nulis soal Tanah dan manusia papua.
“Saya menulis untuk menyuarakan suara dari kaum lemah, dan tak bersuara. Seperti di Papua, Eksploitasi, Ekplorasi, radikalitasi dan berbagai masalah lainya di tanah Papua, Sayang jika kita tak menulis,” Ungkapnya membating.
Menurut anak mudah papua yang menjadi virus dalam sistim, Menulis tak hanya dikelas orang tapi lebih dari itu, Bisa hasilkan uang.
“Menulis itu menguntungkan saya telah menulis 2 buku, (Kumpulan cerpen Jejak darah, Rintihan Suara Nyawa) Setelah buka terbit, Penjualanya sangat laku hingga luar papua, Hasilnya saya bangun rumah. saya juga dikenal banyak orang.
Setelah Terbitkan Buku pertama Nya berjudul “Jejak Darah” kedunya dengan Judul “Rintihan Suara Nyawa” Kegou Mengaku, dalam waktu dekat akan terbitkan buku ketiganya.
“Buku ketiga dalam proses penerbitan, dalam waktu dekat pasti terbit, Ujar kegou kepada media ini, (10/10/2024).
Penulis Buku mengatahkan Dirinya menulis karena dengan melihat berbagai persoalan di Tanah Papua.
“Yang jelas bahwa Menulis adalah salah satu bentuk kreativitas edukasi. Karena tanah dan manusia Papua adalah pembuat kisah dan sejarah berbentuk kekerasan, kalitalisasi, ekplorasi, Pelanggaran HAM sehingga sebagai manusia Papua yang tersisa harus menulis semua itu. Bagi saya adalah lebih baik mati setelah perlihatkan realitas tanah Papua,”Kata Kegou.
Dirinya menulis buku ini karena banyak Orang Papua Yang mati karena berjuang kebenaran.
“Buku ini saya tulis untuk orang-orang telah mati karena Kebenaran dan mereka yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa West Papua” Jelasnya. Lanjut dia dia mengatakan, Terpenting adalah kader. Regenerasi sangat perlu, apalagi di Papua (generasi Papua) sangat minim literasi. Bagi Saya Sesilius Kegou, Terpenting adalah kader.
Regenerasi sangat perlu, apalagi di Papua (generasi Papua) sangat minim literasi. Maka harapan saya, literasi ini bisa membumi di Papua agar setelah kita merdeka, kita lenali bahwa Papua bukan bangsa budak. Ujarnya.
Buku Di tulis oleh Sesilius Kegou berjudul “Rintihan suara Nyawa” Jika Tanah Papua di Pagari Mungki saja ku gunakan Tulang belulang ku. Tulang Tulang betis, tulang tulang pengupil, tulang tulang selangka, tulang tulang Hasta dan ku bentengi jejer.
Tulang tulang kepala di atas manhadap Matahari terbit dari timur agar seluruh Rintihan Suara Nyawa di dengar Tuhan. Jika Negeri ku di Nobati Dewi, tentu saja Ku Nobatkan sebagai Dewi penikmat duka. Jalan kematian Berbaris Mayat.
Jika seluruh keluh ku tak berasal Hidupku damai atas dasar kemerdekaan ku, ku tunjukkan sejatiku Bahwa Bangsa Papua Bukan bangsa Budak. Jika leluhurku berbicara semua bicara tentang hidup mereka bangkit meneriakkan ketidakadilan sumber kekuasaan betavia. Aku Dasar Tanah Papua adalah Surga kecil, Yang jatuh Bumi di bumi sorga Yang menjadi Menjadi tempat praktek kapitalisasi, dan eksplorasi oleh elite.
Terutama oleh Negera Indonesia dan Amerika melalui sektor ekonomi aspek sosial dan problematika, politik Agar Papua tetap dalam bingkai NKRI. Jika seluruh karya dan perjuangan kemerdekaan bangsa West Papua di bungkam maka mereka Yang gugur karena kebenaran akan teriak lebih keras dan bebas dari Alam Kuburan.
Siapa sesilius Kegou? Nah, siapa yang tak kenal dengan sosok anak mudah Papua yang satu ini, penulis yang catatkan Namanya “Anak muda” yang menjadi virus dalam sisten.
Sesilius yang notabenenya tumbuh bersama menulis itu mengaku, dia tak akan berhenti menulis, Hingga mati.
“Menulis tidak akan saya tinggalkan, kerena menulis adalah aktivitas saya yang utama,” Ungkapnya.
Yuk kita kenalan. Sesilius Kegou adalah anak dusun, lahir dari pasangan Isaiyas Kegou dan Elisabeth pokuai. Di sana keluarga hidup Harmanis antara orang orang di kampung nya Yegeiyepa di Hutan belantara Piyaiye bagian barat dari pusat Kota Dogiyai moanemani.
Lelaki berhobby lukis ini lahir sejak 1998 pada 8 September. Selepas pendidikan sekolah dasar Negeri INPRES Yegeiyepa (2010) penulis Buku kumpulan Jejak darah buku pertamanya, melanjutkan SMP PGRI Nabire tamat pada tahun 2013.
Kemudian melanjutkan sekolah menengah atas tamat pada 2016. penulis buku Rintihan Suara Nyawa ini menyelesaikan strata 1 pada perguruan tinggi di universitas 17 Agustus 1945 Semarang 2020.
Penulis mudah Yang satu ini Aktif menyumbang tulisan tulisan nya di media online www.sastrapapua.org dan www.suarameepago.com selain Menulis penulis ini buka para para kang uwigau hingga anak mudah banyak Yang belajar darinya hingga mewujudkan impian. (*)
Redaksi